Menulis Skenario
Oleh: Bambang Setiawan, S.Pd
Menulis skenario itu gampang. Skenario biasa disebut proses penyampaian pesan komunikasi, antara pembuat film dengan penikmat atau penonton film. Jalannya peristiwa atau alur cerita harus dituliskan dalam bentuk skenario. Skenario bisa berisi konsep cerita, artinya ada perumusan dalam sebuah kalimat tunggal yang menjelaskan tokoh utama dalam film dan apa yang ingin diperbuat atau diperjuangkannya. Dalam skenario, perlu diuraikan tentang watak tokoh, sebab tokoh mempunyai peran utama dalam mengungkapkan cerita atau peristiwa.
Karakterisasi (perwatakan) merupakan tokoh-tokoh yang terlibat dalam uraian peristiwa. Tentunya seorang penulis skenario harus jeli untuk menuliskan atau menguraikan watak tokoh-tokoh yang terlibat dalam setiap adegan. Dengan adanya uraian karakter akan membawa perbedaan tokoh. Perbedaan karakter memainkan peranan penting yang melatarbelakangi bagaimana setiap tokoh bersikap dan bertindak (bagaimana tokoh membawakan masalah/isu). Tentunya dengan kehadiran uraian tokoh dengan kombinasi yang berbeda akan melahirkan cerita yang menarik.
Skenario yang baik tidak lepas dari alur cerita. Menuangkan alur cerita itu harus disesuaikan dengan kejadian. Artinya ada rangkaian kejadian atau cerita dan mempunyai hubungan dengan karakter (setiap tokoh). Lalu bagaimana kejadian-kejadian itu dapat dirangkai menjadi sebuah cerita? Contoh: sebuah film yang diawali dengan kejadian perkelahian dan pembunuhan sadis, yang mana korbannya adalah orang yang tak bersalah. Nah’ ini akan menimbulkan rasa penasaran bagi penonton, ketimbang dimunculkan atau disajikan fakta bahwa korban ada masalah. Membuat keteganan penonton itu juga peru dipertimbangkan dalam penulisan skenario, walaupun kadang kala skenario juga dibumbui dengan tawa dan airmata.
Selain itu bagi penulis skenario dalam penggarapannya harus menguraikan perancangan ide per-adegan. Hal ini berhubungan dengan rangkain pengambilan gambar yang meliputi dialog, akting, properti, setting lokasi. Dengan adanya penggarapan yang maksimal dalam skenario, dapat digarap karakteristik dan alur cerita yang menarik, namun tidak menutup kemungkinan penulisan skenario yang baik menjadi tidak sempurna saat shoting karena kelemahan dialog, akting, setting lokasi dan properti.
Penulis skenario senior pun, ketika menulis skenario tidak sekali jadi. Artinya instan. Sekali mengkonsep ide jadi skenario. Tapi yang lazim ada adalah penulis skenario membuat draf skenario, yang selanjutnya dipelajari lagi demi mendapatkan ide-ide lengkap untuk finishing pembuatan skenario. Bahkan skenario yang sudah jadi pun, kadang sering direvisi karena faktor settig tempat, akting, dialog, dan karakterisasi. Sejumlah pertanyaan menurut Panca Javalandasta (2011:12) yang harus dipertimbangkan dalam penulisan skenario adalah: siapakan yang punya cerita ini? Tokoh utama dengan isu pokoknya harus jelas, jangan sampai tokoh pendukung memiliki karakterisasi lebih kuat dengan isu yang lebih menarik. Dari sudut pandang cerita siapa film itu akan dibuat, apakah dari tokoh utama, atau pihak ke-2 (orang yang diajak berdialog langsung oleh tokoh utama) atau dari tokoh ke-3 yang mengamati tokoh utama dari luar. Di mana adegan akan berawal, di mana pula akan berakhir. Apa poin-poin tiap adegan. Apa informasi terpenting yang diperlukan pemirsa. Apakah adegan tertentu benar-benar berkaitan dengan cerita. Selalu mengingatkan adegan dengan bahasa gambar. Mengolah gambar, apakah adenga datar (mimik konflik, minim emosi, minim informasi). Apakah pemirsa akan tertarik. Sumber potensi penulisan skenario, dan selanjutnya penggalian fakta terhadap setting cerita dan karakter yang akan di-skenariokan.
Sumber:
Javandalasta, Pasca. 2011. 5 Hari Mahir Bikin Film. Surabaya: Java Pustaka Group.
tulis juga lah pak contoh sekenario nya
BalasHapusmau tau gimana pakk, oia di blognya ada di jelasin gak cara2 buat novel agar menarik dan pembaca terbawa suasana cerita